Rabu, 06 Januari 2010

Kisah Sukses

Bisnis Online RSS
"Kevin Si Raja Domain"

Dari seorang dokter ia beralih profesi menjadi penjual-beli situs Internet. Bagaimana liku-likunya?
Sore itu di Hotel Venetian, Las Vegas, Amerika Serikat. Seorang lelaki keturunan Korea duduk bersandar dan memperhatikan suasana lelang situs di hadapannya. Tangannya bergerak-gerak manakala ada nama situs yang membetot minatnya. Dia pun kemudian berdiri dan diam-diam memberi kode kepada anak buahnya untuk menawar domain atas nama dirinya.
Pada ajang itu, sejumlah nama dibelinya. Di antaranya, Weddingcatering.com senilai US$ 10 ribu, lalu Greeting.com seharga US$ 350 ribu. Sebagai orang Kristen yang taat, dia juga memasukkan Christianrock.com (US$ 31 ribu) dalam koleksinya, termasuk God.com dan Satan.com. Tatkala semuanya berakhir, lelaki itu menghampiri meja dan menuliskan sebuah cek untuk semua domain yang dibelinya. Angka yang tertera, US$ 650 ribu. Satu senja yang lumayan mahal.
Deskripsi di atas, yang diurai dengan apik oleh Majalah Business 2.0 belum lama ini, dipuji sekaligus dihujat banyak kalangan sebagai pembuka mata atas siapa sebenarnya sosok keturunan Korea yang satu ini, yang bernama Kevin Ham. Diberi judul “The Man Who Owns Internet”, tulisan itu membeberkan betapa kayanya si Kevin, dan bagaimana dia mendapatkan itu semua.
Kini Kevin adalah the King of Domain. Julukan lain, Raja Properti Dunia Maya. Dari tahun 2000 hingga sekarang, dia ditaksir memiliki 300 ribu domain yang telah memberinya pendapatan US$ 70 juta/tahun. Portofolio personalnya sendiri diperkirakan mendekati US$ 300 juta. Angka yang tak kecil, yang diperoleh karena kejelian — dan buat sebagian orang yang tak menyukainya, lantaran kelicikannya.
Lelaki berusia 37 tahun ini tumbuh di Vancouver, Kanada, dengan tiga saudara. Ayahnya menjalankan bisnis laundry, sementara ibunya menjadi perawat. Sempat sakit yang membuatnya mudah lemas di usia 14 tahun, mendorongnya bercita-cita menjadi dokter, yang kemudian ditempuhnya di University of British Columbia. Lulus dari sekolah kedokteran pada 1998, dia bersama istrinya tinggal di Ontario, berpraktik di rumah sakit.
Tak seperti dokter lain, Kevin adalah sosok yang unik. Di sela-sela pekerjaannya, dia memuaskan ketertarikannya pada dunia Internet yang tengah tumbuh luar biasa. Tak tanggung-tanggung, dia belajar membuat situs dan bahasa pemrograman Perl.
Saat itu, dunia Internet memang tengah bergejolak dalam fase pertumbuhannya. Salah satu informasi yang terserak adalah web hosting. Melihat hal ini, Kevin pun mulai membangun direktori online tentang penyedia jasa web hosting, lengkap dengan review dan rating atas jasa mereka. Situsnya dinamakan Hostglobal.com. Sebuah pijakan yang kelak mengantarkannya masuk ke bisnis jual-beli domain.
Ceritanya begini: sekitar 6 bulan setelah Hostglobal meluncur, dan Kevin mendapat US$ 60 ribu hasil dari penjual iklan di situsnya, salah seorang pengiklannya yang berbisnis menjual registrasi domain bercerita bahwa iklan tunggal (single ad) bisa menghasilkan sekitar US$ 1.500 setiap bulan. Tak ayal, pikiran untuk ikut mencicipi bisnis ini pun segera hadir di benak dokter muda itu.
Dalam pikiran Kevin, orang yang berbelanja untuk jasa hosting kerap kali tertarik memberi URL (alamat situs) yang menarik, atau catchy. Maka, dia pun meluncurkan direktori online kedua, DNSindex.com. Situs ini memberi layanan buat pelanggan untuk mendaftarkan nama domainnya. Hanya, Kevin menambahkan fitur yang amat diinginkan orang: daftar mingguan nama domain yang tersedia dan bisa digunakan. Dalam situs ini, beberapa nama yang ada dalam daftar dia gratiskan. Beberapa lagi, dia patok US$ 50 untuk setiap nama. Dalam hitungan bulan, pelanggannya telah mencapai 5 ribu orang lebih.
Tak dinyana, bisnis ini melesat. Pada Juni 2000, Hostglobal dan DNSindex ditaksir telah memberinya US$ 40 ribu/bulan. Angka ini lebih banyak dari yang didapatnya dari rumah sakit, bahkan dalam setahun. Akhirnya, Kevin pun mengambil tindakan penting: menanggalkan praktik kedokteran. Dia beralih ke dunia maya, untuk menjadi sang penguasa.
Bersama istri dan anaknya, dia kembali ke Vancouver, tinggal di apartemen. Ibarat botol bertemu tutupnya, saat itu, keputusan menekuni dunia domain amat tepat. Kejatuhan dotcom membuat para investor lari dari dunia web. Ratusan hingga ribuan domain yang bermunculan, mendadak menjadi tidak berarti, jatuh, atau habis masa registrasinya. Kevin pun kejatuhan durian runtuh. Dia siap memboyong domain-domain tersebut. Yang diperlukan adalah ketahanan menyeleksi satu demi satu nama situs.
Ketika itu, Networks Solutions bisa dikatakan menjadi pengontrol nama-nama situs yang catchy. Perusahaan ini adalah tempat mendaftarkan dan menjual .com. Kevin melihat, Network Solutions memang tidak memberitahukan kapan sebuah nama domain yang telah berakhir masa registrasinya akan dikembalikan ke pasar, tapi dua hari sekali ia memublikasikan master list seluruh nama yang teregristrasi, yang dikenal dengan sebutan “root zone” — kini dikelola VeriSign. Daftar ini demikian gemuknya karena memuat lebih dari 5 juta nama yang selain membutuhkan waktu lama untuk mengunduhnya, juga bisa membuat sebuah PC hang saking “beratnya” data.
Melihat peluang yang muncul, Kevin pun bertindak taktis. Dia membuat peranti lunak yang membandingkan daftar yang dikeluarkan antara satu hari dan hari-hari berikutnya. Kemudian, dia menelusuri nama yang menghilang dari root zone, dan dibuatkan daftar tersendiri. Dia menemukan fakta menarik: biasanya, sebuah nama akan menghilang setelah 5-6 hari termuat dalam root zone. Dan biasanya itu terjadi di pukul 03.30 dini hari. Bisa dibayangkan bagaimana pola kerja mendeteksi nama-nama domain yang hilang ini. Yang pasti, setelah jam-jam tersebut, Kevin menyalakan lima komputer untuk kemudian melakukan penawaran pembelian atas nama-nama yang diinginkannya.
Ketika itu, tanpa sepengetahuannya, sejumlah rival ternyata juga melakukan hal serupa. Dan dari data registrasi para pembeli, Kevin melihat sebuah nama yang banyak bermuara ke satu orang yang menjuluki dirinya sebagai “NoName”. Belakangan, diketahui bahwa ini adalah seorang programer kelahiran Cina, yang nama aslinya adalah Yun Ye, yang beroperasi dari Fremont, Kalifornia.
Sedikit tentang Yun Ye. Dia adalah sosok yang tak kalah unik. Siang hari, profesinya adalah pengembang software. Malamnya, dia meluncurkan program yang secara otomatis akan menawar sejumlah domain untuk dibeli. Kelak pada 2004, Yun dikenang sebagai “dewa” di kalangan para penjual-beli domain lantaran sukses melego portofolionya yang terdiri atas 100 ribu domain pada Marchex (perusahaan di Seattle yang menyediakan jasa online traffic lokal dan vertikal ke pedagang) senilai US$ 164 juta.
“Yun terlalu hebat,” ungkap Kevin. Toh, dia pun tak kalah hebatnya. Dia bertindak berani. Sejak para pendaftar bisa melakukan koneksi langsung ke server Network Solutions, Kevin memotong kompas. Dia melakukan deal dengan para pendaftar domain, agar bisa mendapatkan domain mereka saat keluar dari root zone. Untuk kesepakatan ini, dia menawarkan US$ 100 untuk setiap nama (normalnya US$ 8). Dalam seminggu, banyak deal bisa dibuat. Dan di akhir 2000, Kevin telah mendaftarkan sedikitnya 10 ribu domain.
Taktik ini memancing kemarahan. “Kevin datang sekaligus menutup pintu buat yang lain,” Franck Schilling, seorang penjual-beli situs, mengeluhkan. Uniknya, Franklah yang kelak justru berjasa besar buat pesaingnya itu. Itu terjadi ketika mereka bertemu di sebuah restoran, November 2000.
“Berapa banyak traffic yang kamu punya?” tanya Frank. Kevin menjawab, tak tahu. Frank pun kemudian nyerocos bahwa dia tengah bereksperimen dengan GoTo.com yang menghubungkan domain-domain miliknya dengan iklan. Mendengar ini, Kevin pun kemudian mencobanya sendiri. Dia meluangkan waktu seminggu untuk mencari tahu berapa banyak traffic pada situs-situs miliknya. Hasilnya, sungguh mengejutkan: 8 ribu pengunjung/hari. “Dari situ, saya tahu apa yang saya buat selama ini, sangat, sangat berharga,” katanya. Dia mengikuti jejak Frank, menandatangani kerja sama dengan GoTo (di kemudian hari dibeli Yahoo). Pada hari pertama, US$ 1.500 masuk ke kantongnya dari iklan yang terhubung ke domain-domain miliknya.
Akan tetapi, kejelian terbesar Kevin adalah ketika dia menyadari bahwa orang tak selamanya menggunakan Yahoo, atau kemudian Google, untuk mencari situs yang diinginkan. Kebanyakan orang mengetik sebuah nama untuk kemudian ditambahkan “.com” di belakangnya. Contohnya, memerlukan sepatu pernikahan, maka ketikkan “weddingshoes.com” (situs yang sekarang dimiliki Kevin) dan kita akan mendarat di sebuah situs yang terlihat seperti portal sepatu pernikahan, yang terhubung dengan lusinan penjual sepatu penikahan.
Di situs ini, setiap klik yang dilakukan seseorang akan menghubungkannya dengan pengiklan (penjual sepatu). Lalu, sang pengiklan akan membayar Yahoo. Dan selanjutnya, giliran Yahoo membagi hasil jualan iklan ini ke Kevin. Dari satu situs ini, dia mengaku mendapat sedikitnya US$ 9.100/tahun. Kecil memang. Hanya saja, tilik biaya untuk situsnya ini: ongkos pendaftarannya US$ 8 dan sekitar US$ 7 untuk biaya overhead per tahun. Dan pola bisnis semacam inilah yang terjadi pada domain-domain milik mantan dokter itu. Pola yang sangat menguntungkan: akhir 2002, sedikitnya US$ 1 juta mengalir ke kantong Kevin lewat model bisnis semacam ini, yang dikenal dengan pay per click.
Tak sedikit yang memuji, tapi kelak tak sedikit pula yang mencelanya. Hal ini terjadi ketika Kevin tampak semakin cermat mengeksploitasi setiap peluang dalam bisnis domain. Melihat orang sering terpeleset mengetik “.com” secara tidak utuh menjadi “.cm”, dia pun bekerja sama dengan Pemerintah Kamerun sebagai pemilik kode .”cm” — sebagaimana Jerman dengan “.de”, atau Indonesia dengan “.id”. Caranya?
Domain-domain yang belakangnya “.cm” dan belum teregistrasi akan dihubungkan oleh server di Kamerun, dengan server milik Kevin di Vancouver. Contohnya, ketikkan “paper.cm”, maka server yang dimiliki Camtel, BUMN Kamerun yang mengurusi pendaftaran domain, akan terhubung dengan server Agoga.com milik Kevin. Begitu juga bila mengetikkan “Beer.cm” (untuk mencari produk bir), Newyorktimes.cm, bahkan Anyname.cm. Semuanya akan terhubung dengan Agoga.com, situs yang berisi iklan aneka produk yang didukung Yahoo.
Berapa uang yang disisihkan untuk Pemerintah Kamerun lewat pola bisnis semacam ini, tidak diungkap oleh Kevin. Yang pasti, dia kini tengah menjajaki untuk mengulang model sejenis dengan Pemerintah Kolombia yang kodenya “.co”. Sejumlah orang bahkan menaksir Kevin akan melakukannya juga dengan Oman (.om), Niger (.ne), dan Ethiopia (.et).
Yang menarik, sekalipun begitu hebat, Kevin nyaris tak dikenal. Publikasi tentang dirinya terbilang amat minim, bahkan di wikipedia sekalipun. Namun, boleh jadi ini karena apa yang dilakukannya juga memancing banyak musuh. Di antaranya, para pengacara korporat yang menuduh penggunaan “.cm” berpotensi penyalahgunaan trademark.
Terlepas dari kontroversi yang muncul, Kevin tetap dipuja para fansnya. Dia sendiri terus aktif memburu domain. Dalam sehari, 30-100 nama domain dibelinya. Sebagai informasi, dalam tiga tahun terakhir, jumlah nama domain meningkat lebih dari 130% menjadi 66 juta domain. Setiap dua detik, satu nama bergabung.
Memang tak hanya Kevin yang melakukan profesi ini. Namun, dari segelintir orang yang bermain di dunia ini, dialah rajanya. Dunia yang disebutnya sebagai “the virtual real estate”.

Walaupun artikel ini udah dipublish lama, tapi saya masih suka bacanya kisah seorang dokter yang menjadi Raja domain di ambil dari Swa.co.id ini bisa dijadikan sebuah motivasi yang sangat bermanfaat bagi kita



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

silahkan mengisi komentar disini: